Jumat, 27 Mei 2016

ETIKA MURID DALAM PENDIDIKAN

BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menuntut ilmu merupakan hal yang wajib sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
Menuntut ilmu itu wajib bagi tiap muslim laki-laki dan muslim perempuan
Telah kita ketahui bahwa menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dan untuk mendapatkan ilmu harus melalui proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar adalah interaksi edukatif nyang dilakukan oleh guru dan murid dalam situasi tertentu. Mengajar lebih spesifik lagi melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya, akan tetapi mengajar itu merupakan suatu kegiatan yang semestinya direncanakan sedemikian rupa mengikuti langkah-langkah prosedur tententu.
Etika atau akhlak merupakan salah satu prosedur dalam pembelajaran.Akhlak merupakan kebiasaan atau sikap yang mendalam di dalam jiwa, sesuatu yang dapat diperoleh dan dipelajari, memiliki ciri-ciri istimewa yang menyebabkan perilaku sesuai dengan fitrah Ilahiyah dan akal sehat .
Murid disebut juga dengan peserta didik, peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah) dalam proses transformasi dalam pendidikan , Murid atau peserta didik memerlukan bimbingan dari orang lain untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimiliki serta membimbingnya menuju kedewasaan. Oleh karena itu murid sebagai pihak yang diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan islamnya harus mempunyai etika  dan berakhlakul karimah baik kepada dirinya, guru, maupun akhlak terhadap ilmu yang dipelajarinya.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka didapatkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian etika?
2. Apa pengertian murid?
3. Bagaimana etika murid terhadap dirinya, guru dan pelajaran?
C. Tujuan pembahasan
Setelah mendapatkan rumusan masalah maka tujuan  pembahsan utuk mengetahui:
1. Pengertian Etika
2. Pengertian Murid
3. Etika murid terhadap dirinya, Guru dan pelajaran












BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethikos yang berarti timbul dari kebiasaan, etika mencakup analisi dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika sering dikaitkan dengan akhlak dan moral. Dalam sistem moralitas, baik dan buruk dijabarkan secara kronologis, mulai yang paling abstrak hingga yang lebih operasional, nilai merupakan perangkat moralitas yang paling abstrak. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, dan perilaku. Etika merupakan penjabaran dari moral dalam bentuk formula, peraturan, atau ketentuan pelaksanaan .
Etika pada dasarnya berkaitan dengan dampak tindakan individu pada orang lain , etika juga serinng disebut adab kesopanan, adab kesopanan terbagi menjadi dua, adab kesopanan di dalam dan adab kesopanan di luar. Adab kesopanan di dalam bathin yang suci, hati bersih, niat bagus, dan tidak menipu sesama manusia, sedangkan kesopanan di luar adalah kesopanan pergaulan, menjaga yang salah pada pandangan orang lain .
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian system nilai-nilai yang berlaku.


B. Pengertian Murid
Murid atau yang biasa disebut dengan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu  dikatakan juga siswa atau Murid adalah orang yang sedang belajar , seorang Murid menginginkan agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya, jadi dapat didefinisikan bahwa murid adalah orang yang menghendaki dan berusaha belajar agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik, untuk bekal kehidupannya agar berbahagia , sukses dunia dan akhirat.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “murid” memiliki pengertian orang yang sedang berguru. Istilah lain yang berkenaan dengan murid adalah al-thalib.
Kata ini berasal dari bahasa arab, thalaba, yathlubu, thalaban, thalibun yang berarti orang yang mencari sesuatu. Pengertian ini dapat difahami karena seorang pelajar adalah orang yang tengah mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal kehidupannya di masa depan agar berbahagia dunia dan akhirat.
Murid atau peserta didik adalah seseorang yang seharusnya mendapatkan pendidikan, seorang mendapatkan pendidikan agar dapat mencapai suatu keinginan tertentu. Bagaimana jadinya jika seseorang tidak terdidik, tentu akan menjadi problematika bagi lingkungan sekitarnya. Pendidikan dikaitkan erat dengan proses menuntut ilmu, dalam islam menuntut ilmu itu wajib, maka terdidik atau memiliki pendidikan itu wajib. Pendidikan tentu saja bukan hanya sebuah lembaga pendidikan formal, namun segala bentuk prilaku mampu menunjukkan seseorang terdidik atau tidak.
Adanya murid atau peserta didik tentu ada pendidik atau guru. Dalam konteks pendidikan, pendidik adalah guru yang mengajar atau memberikan pengajaran agar murid dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan dapat membentuk kepribadian yang lebih baik.
Dalam konteks global, pendidik adalah segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, difahami dan ditiru dalam hal yang baik dan memberi manfaat, contohnya lingkungan yang bersih dan tenang mampu menjadikan kepribadian seseorang seperti lingkungannya.
Siapa yang sebenarnya berkewajiban mendidik, sebenarnya adalah guru, orang tua, dan semua orang terdidik. Mengutip dari menteri pendidikan dan kebudayaah Anies Baswedan bahwa mendidik adalah tugas setiap orang terdidik.
Dalam hal mendidik seorang murid akan timbul pertanyaan, akan dibawa kemanakah murid dengan pendidikan, jawabannya tentu tergantung kearah mana yang diinginkan seorang murid, tentu dalam hal kebaikan.
Pendidikan menggunakan kecenderungan yang timbul pada masa perkembangan psikis, pendidik mengarahkan nafsu-nafsu bawaan kepada tujuan yang berguna, ia menentukan bentuk-bentuk tindakan yang boleh dilakukan
C. Etika Murid
Etika murid adalah etika atau perilaku yang seharusnya dimiki oleh seorang murid atau peserta didik. Dalam nasehat Imam Syafi’I, seseornag tiak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkarayaitu kecerdasan, semangat, sungguh-sungguh, berkecukupan, bersahabat (belajar) dengan guru, membutuhkan waktu yang lama.
Kecerdasan yang ada pada seseorang terkadang memang sudah sebagai perangai yang Allah berikan kepada seseorang, namun kecerdasan ada karena memang harus diusahakan.bagi orang yang m=sudah memiliki kecerdasan maka tinggal menguatkannya. Namun apabila belum punya hendaknya melatih jiwa untuk berusaha mendapatkan kecerdasan tersebut.kecerdasan adalah sebab diantara sebab-sebab yang paling kuat membantu seseorang menggapai ilmu, memahami dan menghafalnya
Dalam Alqur’an surah An-Nahl ayat 128 Allah berfirman yang artinya “sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan”, seseorang apabila mengetahui nilai pentingnya sesuatu pasti ia akan berusaha dengan semangat untuk mendapatkannya. Sedangkan ilmu adalah sesuatu yang paling berharga yang yang dicari oleh setiap orang. Penuntut ilmu seharusnya memiliki semangat yang kuat untuk menghafal dan mengkaji ilmu.
Rintangan terberat dalam menuntut ilmu adalah kemalasan, dalam menuntut ilmu kita harus menjauhi kemalasan dan kelemahan serta melawan hawa nafsu. Hal tersebut yang kerap kali menyurutkan semangat belajar. Maka dalam menuntut ilmu diharuskan untuk bersungguh-sungguh.
Dalam menuntut ilmu kita diharuskan memiliki bekal yang cukup. Dalam hal ini ilmu dapat dibeli dengan uang, namun dalam menuntut ilmu seseorang harus rela mengorbankan materi atau apapun untuk mendapatkan ilmu.
Ilmu itu diambil dari lisan para ulamma. Seseorang penuntut ilmu agar kokoh dalam menuntut ilmu gendaknya ia membangunnya di atas dasar-dasar yang benar. Hendaknya bagi penuntut ilmu untuk menjauhi, jangan sampai menjadikan kitab-kitab sebagai gurunya.
Dalam memnuntut ilmu membutuhkan waktu yang panjang, sering kita mendengar “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat” artinya kita diharuskan menuntut ilmu sampai nafas berhenti berhembus.
Etika yang harus diperhatikan seorang murid dalam mendapatkan ilmu ada banyak, dalam hal ini penulis membagikan etika murid menjadi tiga:
1. Etika Murid Terhadap Dirinya
Etika murid terhadap dirinya adalah etika yang seharusnya ada pada seorang murid sebagai pencari ilmu.
a. Memperbaiki Niat
Dalam mendapatkan suatu ilmu seorang murid harus memiliki niat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Dalam kitab hadits Arba’in Nawawi:
إنما الأعمال بالنيات
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya.
Apa yang dilakukan seseorang adalah tergantung niatnya, termasuk apa yang dilakukan oleh murid atau penuntut ilmu, maka niat harus diperbaiki, niat menuntut ilmu hendaknya karena ridho Allah ta’ala, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, menuntut ilmu hendaknya diniatkan untuk membaca, ngkaji, menelaah serta memahami ayat-ayat Allah baik yang tersurat maupun tersirat agar kita dapat memahami hakikat kebesaran Allah.
Seorang penuntut ilmu atau murid hendaknya menghindari niat menuntut ilmu yang menyimpan sifat riya agar terlihat cerdas atau agar apat berdebat dengan orang lain untuk menunjukkan kecerdasannya.
b. Merantau
Sesorang penuntut ilmu atau murid baiknya merantau, atau pergi untuk mendapatkan ilmu yang dicari. Tidak akan mendapatkan ilmu seseorang jika ia hanya berdiam diri.
Sedangkan menurut Syekh Az-Zarnuzi dalam kitab Ta’limul Muta’allim menerangkan beberapa sifat dan tugas para penuntut ilmu;
a. Tawadhu,sifat sederhana, tidak sombong dan tidak pula rendah diri.
b. Iffah, sifat yang menunjukkan rasa harga diri, yang menyebabkan seseorang terhindar dari perbuatan yang tidak patut.
c. Tabah, tahan dalam menghadapi kesulitan pelajaran dari guru.
d. Sabar, tahan terhadap godaan nafsu.
e. Cinta ilmu, hormat kepada guru dan keluarganya.
f. Sayang kepada kitab, menyimpan kitab dengan baik.
g. Hormat kepada sesama penuntut ilmu dan tamalluk kepada guru dan kawan untuk menyadap ilmu dari mereka.
h. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
i. Teguh pendirian dan ulet dalam menuntut ilmu dan mengulangi pelajaran.
j. Wara’  ialah sifat menahan diri dari perbuatan yang terlarang.
k. Punya cita-cita yang tinggi dalam mengejar ilmu pengetahuan.
l. Tawakkal, maksudnya menyerahkan diri kepada Allah segala perkara
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan agar mendapatkan keberkahan dalam menuntut ilmu.
2. Etika Murid Terhadap Guru
Etika murid terhadap guru adalah etika atau sikap perilaku murid terhadap pendidik atau orang yang memberi pengajaran, pengetahuan, ataupun pendidikan. Diantara etika yang harus dimiliki seorang murid terhadap guru adalah hormat kepada guru dan keluarganya .
Sikap hormat terhadap guru termasuk mendengarkan pengajarannya dengan sabar, hati-hati dalam mendengarkan nasihat guru sebagaimana orang sakit mendengarkan nasihat dokternya. Tidak menaruh purba sangka kepada guru yang mengajar.
Seorang murid seharusnya tidak berkata yang akan menyinggung atau menyakiti hati guru, tidak bertanya apapun sebelum guru memberikan kesempatan atau mengizinkan untuk bertanya, juga tidaka boleh jalan mendahului atau dihadapan guru.
Tidak hanya kepada guru yang mengajar, seorang murid juga harus menghormati keluarga guru.
3. Etika Murid Terhadap Pelajaran
Terhadap ilmu yang dipelajari seorang murid harus memiliki etika, diantaranya;
a. Mencintai ilmu
Seorang murid hendaknya mencintai ilmu yang ia pelajari, tidak menghina ilmu yang dipelajarinya.
b. Sayang kepada kitab
Kitab adalah salah satu alat belajar atau alat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, seorang murid hendaknya sayang dan menghormati kitab, diantaranya dengan menjaganya dengan baik, tidak meletakkannya di tempat yang rendah, juga tidak menjadikannya sebagai benda yang sia-sia setelah selesai mempelajarinya, seperti menjadikan kitab atau kertas-kertas dari kitab sebagai bungkusan untuk makanan seprti bungkus cabai atau gorengan.
Seorang murid juga harus memahami dengan tidak meletakkan benda lain diatas kitab, missal meletakkan handphone diatas kitab.
c. Mengamalkan ilmu
Rasulullah Saw. Bersabda:
من تعلم بابا من العلم يعلم به أو لم به كان أفضل من أن يصلى ألف ركعة تطوعا
“Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu yang diamalkan, adalah lebih utama daripada melakukan shalat sunnah seribu rakaat”
Menuntut ilmu itu wajib, dan mengamalkan ilmu itu juga wajib. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon tak berbuah.



























BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murid adalah seseorang yang bertujuan mendapatkan ilmu atau pengajaran, pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan untuk membentuk kepribadian yang lebih baik.
Dalam menuntut ilmu seorang murid harus memahami dan memiliki etika-etika tertentu. Diantaranya etika terhdap dirinya dengan memperbaiki niat dalam menuntut ilmu.
Selain etika terhadap dirinya, seorang murid harus memiliki etika terhdap gurunya dengan menghormati guru dan keluarganya.
Seorang murid juga harus beretika terhadap pelajaran dengan mencintai ilmu, sayang terhadap kitab, dan mengamalkan ilmu yang sudah didapat.
B. Saran
Ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga dan dicari oleh setiap orang, namun untuk mendapatkan ilmu kita harus memperhatikan etika-etikanya, baiknya seorang murid lebih memperbaiki niatnya dalam menuntut ilmu dan mempelajari etika-etika agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat








DAFTAR PUSATAKA
Agus, Ayu. 2013. Cara Rasulullah Saw Mendidik Anak. Jakarta: Gramedia
An-Nahlawi, Abdurrahman. 2002. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press
Az-Zarnuzi. Ta’limul Muta’allim, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah
Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. 2014: Rajawali Press Ramayulis. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Suwarno, Wiji. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ar-Ruzz Media Grup
Denim, Sudarwan. 2010.  Kepemimpinan Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Hamka. 1984.  Falsafah Hidup. Jakarta: Pustaka Panjimas
Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Kasan, Tholib. 2009. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Studia Press
Nawawi. 2010. Al-Arba’in An-Nawawi. Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah
Nawawi, Muhammad. 1992. Tanqihul Qoul. Semarang: Karya Toha Putra
Purwanto, Ngalim. 2009.  Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ramayulis. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Syahidin. 2009.  Moral dan Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta